Setidaknya, kisah tentang Khalifah Harun ar-Rasyid dan nenek tua memberi contoh betapa cinta harta tak mengenal usia. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803.
Khalifah Harun Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang baik, istiqamah, dan adil dalam mengurusi rakyatnya. Maka tuduhan semacam itu hendaknya tidak dilirik sedikitpun.
Sebelum menghadap Baginda Raja, Abu Nawas kembali mengambil pentungannya lalu mengejar ketiga utusan raja yang hampir buang air besar di ranjangnya. Ketiga utusan itu pun lari terbirit-birit.
Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk.
Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya.
Sudah beberapa kali Baginda Raja dibikin kesal Abu Nawas. Sedangkan sudah berkali-kali pula Baginda mencoba membalas dendam. Hasilnya, si Cerdik ini selalu lolos.
Abu Nawas menyadari permintaan Baginda tidak mungkin bisa ditolak. Akhirnya ia pun menurut saja, dengan syarat bahwa kebijaksanaan hanya bisa dipelajari dengan praktik.
Abu Nawas protes kepada raja kenapa harus ditangkap. Raja pun akhirnya menjawab, Abu Nawas dianggap telah menghina raja karena buang hajat di depan raja.
Ketiga prajurit itu mengatakan mereka diutus oleh Baginda Raja untuk buang air besar di tempat tidur Abu Nawas. Karena ini perintah raja, Abu Nawas tak berkutik.
Sepuluh menit lamanya, Abu Nawas hanya membolak-balikkan ayam panggang itu. Kemudian ia mulai mendekatkan ayam panggang itu tepat di indera penciumannya.
Beserta sembilan orang lainnya, Imam Syafi'i ditangkap dan digelandang ke kota Baghdad, ibukota negara pada waktu itu yang dipimpin oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.