VARIAN BARU COVID19

Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman mengomentari fenomena hepatitis misterius ini. Ia menduga, ada peran varian baru Covid-19 di balik penyebab hepatitis misterius.

China dilaporkan kembali menemukan varian baru Covid-19 yang diberi nama BA.2.3. BA.2.3 merupakan varian turunan mutasi BA.2 Omicron yang berevolusi.

Saat ini di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa telah ditemukan varian baru Covid-19 BA.2.12 dan BA.2.12.1 yang merupakan turunan dari virus Omicron.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid memastikan varian XE, XD, dan XF belum ditemukan di Indonesia.

Berdasar hasil pengamatan kasus yang terjadi di negara-negara yang melaporkan kasus varian XE, kebanyakan pasien tidak bergejala.

Varian XE semakin mendekat ke Indonesia setelah Thailand mengidentifikasi kasus pertamanya pada 3 April 2022.

Para peneliti mulai mempelajari lebih lanjut soal varian XE yang sudah teridentifikasi di Inggris, Taiwan, dan Thailand.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menegaskan, varian baru Omicron XE belum masuk ke Indonesia. Meskipun, saat ini negara Thailand sudah mengonfirmasi temuan varian baru Omicron XE ini.

Varian baru Covid-19 bernama Deltacron yang muncul di Eropa, dipastikan belum masuk ke Indonesia.

Kemunculan varian Covid-19 baru bernama Deltacron memicu rasa penasaran publik terkait gejala dan cara pengobatannya.

Omicron Siluman atau BA.2 merupakan turunan dari varian sebelumnya, yaitu Omicron atau BA.1. Kemunculannya memicu rasa khawatir di tengah masyarakat.

Covid-19 varian Omicron telah berkembang dengan memiliki varian baru bernama BA.2 yang dijuluki Omicron Siluman.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menjelaskan soal pandangan beberapa pihak yang mengatakan Omicron sebagai varian Covid-19 terakhir.

Saat berhadapan varian Delta dan varian sebelumnya, kemanjuran vaksin mencegah orang terinfeksi rata-rata di atas 80%. Namun ketika berhadapan dengan Omicron, kemanjurannya menurun menjadi 33%.

Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa varian Omicron hanya dua kali lipat lebih mematikan dari penyakit flu biasa.