ATURAN BARU WHATSAPP

WhatsApp menjadi bulan-bulanan di awal tahun lantaran aturan kebijakan data privasinya. Di mana pengguna dipaksa menyetujui kebijakan baru berbagi data ke Facebook.

Diam-diam ternyata WhatsApp panik ditinggalkan pengguna mereka. Terutama di India, salah satu negara pengguna WhatsApp terbesar di dunia.

Hal ini merupakan dampak dari perubahan kontroversial dalam persyaratan privasi WhatsApp.

Kebijakan privasi terbaru WhatsApp membuat para penggunanya ragu untuk mengamini permintaan pembagian data ke Facebook sebagai induk aplikasi perpesanan instan tersebut.

Telegram mendukung dua lapisan secure encryption -Secret Chats yang end-to-end dan Cloud Chats yang juga menawarkan penyimpanan cloud aman dan terdistribusi secara real-time.

Aturan privasi baru yang diadopsi WhatsApp mengharuskan pengguna rela berbagi data ke Facebook. Komisi I DPR yang membidangi telekomunikasi pun terpancing berbicara.

Kebijakan privasi WhatsApp yang baru memicu kekhawatiran para pengguna. Pasalnya, dalam kebijakan tersebut WhatsApp seolah memaksa pengguna untuk berbagi datanya kepada Facebook.

Jika Anda termasuk orang yang tidak suka atau was-was jika data pribadi Anda disimpan oleh pihak lain, maka sudah saatnya Anda berhenti untuk menggunakan media sosial.

Tiba-tiba saja warganet heboh ingin menyingkirkan aplikasi WhatsApp dari ponsel mereka. Secepat mungkin

Kehadiran Signal tidak akan menggantikan WhatsApp. Hal itu dikonfirmasi langsung oleh Bos Signal, Brian Acton yang ternyata merupakan sosok penting WhatsApp.

WhatsApp sedang jadi sorotan. Terutama soal aturan kebijakan baru mereka yang efektif berlaku pada Februari 2021. Secara tidak langsung, aturan itu memaksa pengguna untuk setuju. Jika tidak, mereka tidak bisa memakai layanan itu lagi.

Keputusan Facebook memaksa pengguna untuk menyetujui aturan privasi baru di WhatsApp membuat aplikasi menjadi objek kritik dunia. WhatsApp akhirnya angkat bicara.

WhatsApp dikritik publik karena memaksa penggunanya menyetujui aturan privasi baru atau uninstall aplikasinya. Uniknya, sikap Komisi I DPR justru bertolak-belakang.

Anggota Komisi I DPR Muhammad Iqbal mendorong pemerintah meminta WhatsApp dan Facebook melakukan penguatan keamanan data-data pribadi, sehingga kasus kebocoran data pribadi pengguna tidak terjadi lagi.

Elon Musk, CEO Tesla, menyarankan masyarakat menggunakan Signal, ketimbang WhatsApp dan Telegram. Rekomendasi Elon Musk ini langsung direspons positif masyarakat.

Sensor Tower melaporkan bahwa pengguna WhatsApp turun 11% pada pekan pertama di 2021, dibandingkan pekan sebelumnya, karena adanya aturan baru WhatsApp.

WhatsApp sedang menjadi sorotan karena memaksa penggunannya menyetujui aturan privasi baru yang dikeluarkan perusahaan. Namun WhatsApp lolos dari jeratan UU di Indonesia.

Kementerian Kominfo menggelar petemuan dengan perwakilan WhatsApp/Facebook Asia Pacific Region, terkait perubahan aturan data pribadi dan privasi pengguna.

WhatsApp dan Telegram adalah dua aplikasi pengiriman pesan instan yang populer saat ini. Facebook sendiri mengatakan WA menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan di dunia.

Aturan privasi baru yang dikeluarkan WhatsApp menuai banyak respons. Sebab, aplikasi perpesanan instan ini memaksa penggunanya menyetujui aturan tersebut.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana memanggil pihak WhatsApp hari ini, Senin (11/1), terkait aturan privasi baru yang diterapkan aplikasi.

Pengguna WhatsApp versi Web atau layanan WhatsApp yang diakses melalui browser desktop kini bisa melakukan panggilan video (video call). Bagaimana caranya?

WhatsApp menyampaikan beberapa penjelasan mengenai kebijakan privasi dan persyaratan layanan yang baru saja mereka kirimkan ke pengguna.

WhatsApp baru saja mengirim ketentuan dab kebijakan privasi baru yang memaksa penggunanya untuk menyetujui.

Ternyata, di Indonesia juga aplikasi yang mirip dengan Whats App yakni Callind dan NU Mobile.